adsense

more

cari

Custom Search

Selasa, 29 April 2008

Pulau Biawak, Indramayu


Kabupaten Indramayu terletak di ujung timur laut Jawa Barat, batas wilayah disebelah barat adalah Kabupaten Subang dan Kabupaten Sumedang, sebelah utara dengan Laut Jawa, sebelah timur dengan Laut Jawa dan Kabupaten Cirebon dan sebelah selatan dengan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka. Luas wilayah Kabupaten Indramayu 204.000 Ha yang memiliki garis pantai sepanjang 114 km, yang secara administratif dibagi kedalam 9 Kecamatan dan 37 desa pesisir.

Pulau Biawak (Pulau Rakit) begitu masyarakat Indramayu menyebutnya, kenapa disebut Pulau Biawak? Sebab hampir sejumlah 1000 ekor biawak komodo dengan panjang kira-kira 2 m bermukim di pulau tersebut. Secara geografis, Pulau Biawak merupakan salah satu wilayah Kabupaten Indramayu yang terletak dilepas pantai Laut Jawa, kurang lebih 40 km di sebelah utara pantai Indramayu. Luas pulau sekitar 120 Ha, terdiri dari 80 Ha diantaranya merupakan hutan bakau dan 40 Ha hutan pantai/darat. Panjang pulau dari timur ke barat lebih kurang 2 km dan dari utara ke selatan 1 km. Tinggi permukaan laut 0 sd 1 m. Pulau ini memiliki areal litoral yang luas, jarak dari pantai ke arah laut rata-rata 200 m, sedangkan di bagian barat dan barat laut sampai 400 m yang terdiri dari batu-batu karang mati dan hancuran karang (reef flat). Luas daratan yang tidak pernah terganang air laut lebih kurang 1/3 dari luas pulau.

Secara topografi, Pulau Biawak tersusun dari batu-batu karang dan hancuran batu karang, pasir putih/kersik lumpur dan humus terutama dijumpai di bagian barat laut dan utara yang merupakan hutan bakau dengan Bruguiera sp. yang berakar jangkar pendek. Formasi geologi wilayah pesisir pantai utara tersusun atas batuan sedimen yang terdiri dari campuran hancuran literit serta jenis batuan Pilocene sedimentary facies serta alluvium.

Abrasi dan sedimentasi hanya dijumpai dibagian barat sebagai akibat pengaruh angin barat, sedangkan pengendapan dijumpai dibagian barat laut dan utara. Akibat keadaan topografi yang datar maka tidak terdapat erosi didaratannya. Pulau Biawak merupakan pulau hutan yang banyak ditumbuhi berbagai jenis bakau. Kondisi ekosistem mangrove masih baik dengan tumbuhnya berbagai ragam jenis mangrove yang sudah langka jarang dijumpai di pantura. Jenis-jenis bakau yang tumbuh diantaranya : Sonneratia spp., Avicennia spp., Bruguiera spp., Rhizopora spp., Ceriops spp., Achanthus spp., Lummitterae, Xylocarpus, Aegicera, Nipa spp., dan Heritiera spp. Beberapa jenis tumbuhan lain yang banyak dijumpai adalah Hibiscus, Pongamia, Erytrina, Premna, Redermachera, Phempis, Cordia, Cemara Laut (Morinda spp.), ketapang (Terminilia cattapa), Waru, Pandan (Pandanus spp.), Kelapa (Cocos nucifera), dan Petai cina (Leucaena glauca).

Bagian barat Pulau Biawak ditemukan padang lamun yang cukup luas. Penutupan padang lamun tersebut mencapai 1/3 pulau. Dengan adanya padang lamun tersebut dapat diduga bahwa Pulau Biawak merupakan tempat mencari makan (feeding ground) bagi ikan duyung (Dugong dugong).

Biota darat, yang sering dijumpai dan menjadi ciri khas Pulau Biawak adalah Biawak (Varanus salvator). Fauna lainnya adalah dari jenis burung diantaranya Trinil pantai (Bubulkus ibis), Cangak abu (Ardea cinerea), Cangak laut (Ardea sumatrana), Cekaka (Halycon chloris), Burung udang biru (Alcedo caerulescens), Trulek (Pluvialis dominia) dan lain-lain.

Pulau Biawak merupakan tempat persinggahan burung-burung merandai, selain sebagai tempat bersarang, berlindung serta tidur terutama pada vegetasi hutan sisi timur yang kondisi tegakan hutan relatif tinggi. Burung-burung merandai tersebut umunya melakukan migrasi harian ke pesisir pantai sekitar Indramayu untuk mencari makan pada siang hari dan kembali pada sore hari.

Pada sisi selatan Pulau Biawak terdapat banyak bongkahan batu berdiameter 2 sd 3 m yang tertutup karang massive. Sebagian besar karang yang bercabang (branching), submassive dan digtata sudah menjadi reruntuhan yang terlihat menutupi dasar laut, hanya pada tempat kondisi karang masih baik dengan prosentase penutupan karang 54.42% pada kedalaman 3 m, sedangkan pada kedalaman 10 m didominasi oleh karang mati dan abiotik yang masing-masing menutupi daerah tersebut sebesar 39.96% dan 35.9%. Jenis karang meja (tabulate) umumnya berukuran kecil. Jenis karang lain yang masih dapat dijumpai dalam jumlah sedikit adalah jenis daun (foliose), jenis mushroom, karang lunak (soft coral) dan sponge. Selain pencemaran yang diduga diakibatkan oleh keberadaan industri minyak dan gas (migas), Pulau Biawak yang terletak sekira 40 km arah utara pesisir pantai Kabupaten Indramayu juga terancam kelestariannya oleh para pemburu ikan hias dan terumbu karang yang menjadi kekayaan biota laut pulau terpencil tersebut.


Sebab penangkapan ikan hias dan pencarian terumbu karang oleh para pemburunya, dilakukan de-ngan cara-cara yang sangat merusak. Selain menggunakan bom dan sianida (potassium), mereka juga menggunakan jaring yang tidak ramah lingkungan. Akibatnya kerusakan lingkungan di pulau tersebut menjadi tak terhindarkan.

Seperti halnya diungkapkan Kepala Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Indramayu, Drs. Umar Budi Karyadi dan penggiat lingkungan hidup dari LSM Siklus di Indramayu, Oni Toyib dalam perbincangan dengan "PR" secara terpisah, Selasa (21/6). Mereka menyebutkan, pencari ikan hias dan terumbu karang di Pulau Biawak kebanyakan datang dari kawasan kepulauan seribu yang menjual hasil tangkapannya kepada konsumen ikan hias di Jakarta termasuk untuk ekspor.

"Menurut informasi petugas penjaga mercusuar di Pulau Biawak, sering menemukan pemburu ikan hias dan terumbu karang yang membawa senjata dalam operasinya hingga petugas tidak dapat berbuat banyak untuk memperingatkannya. Jadi ancaman kelestarian di pulau itu sebenarnya bukan hanya oleh keberadaan industri migas semata," kata Umar Budi Karyadi.

Ia mengakui, Pulau Biawak memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Namun mengingat posisinya sebagai kawasan konservasi yang harus dilindungi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, maka tidak memungkinkan untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata massal. Karenanya kendati pernah ada sejumlah investor yang berniat mengelolanya, hingga kini tidak terdengar lagi kabarnya usai melakukan survei di kawasan itu.

Untuk itu menurut Umar, sebagai upaya untuk menjaga kelestarian di lingkungan Pulau Biawak, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Indramayu berencana memasang alat komunikasi di pulau terpencil itu. Hingga setiap pengunjung yang datang dapat terpantau dan setiap peristiwa yang terjadi di Pulau Biawak dapat langsung dilaporkan dan termonitor.

Menyesalkan

Adapun tentang penggunaan bom dan sianida yang dilaporkan mengancam di Pulau Biawak, menurut penggiat lingkungan Oni Toyib, hal itu dimungkinkan karena ikan-ikan hias di lautan kebanyakan hidup di antara karang. Karenanya untuk memudahkan penangkapan adalah dengan mengebom dan sekaligus menebar racun sianida. Cara itu dinilai praktis karena dengan menghancurkan karang-karang yang sekaligus dimanfaatkan untuk diperjual-belikan, pelaku dapat menangkap ikan hias yang diburunya.

Adanya aktivitas perburuan ikan hias dan terumbu karang, selain merusak lingkungan di Pulau Biawak juga mendatangkan masalah bagi masyarakat pesisir khususnya para nelayan. Sebab menyusul sering terjadinya pengeboman karang oleh pemburu ikan hias, berdampak pada menyusutnya jumlah ikan hasil tangkapan nelayan. Karena ikan-ikan karang seperti ikan baronang dan kakap, sebagaimana dikeluhkan para nelayan, belakangan menjadi sulit ditangkap di perairan sekitar Pulau Biawak karena rusaknya tempat hidup ikan-ikan tersebut.

Menurut Oni jenis ikan yang banyak ditemukan di perairan Pulau Biawak di antaranya kiper (Scatophagus argus), samandar (Siganus verniculator), kerapu (Chremileptis altivella), dokter (Lebroides dimidiatus), kakatua (Callyodon ghabbon), kerapu tikus (Cinhiticthy aprianus), zebra (Dendrichirus zebra), kupu-kupu (Cheetodon chrysurus), kokotokan, Merakan (Pierois veliteus), pisau-pisau dan petek perak (Desayllus reticulatus)," kata penggiat lingkungan dari LSM Siklus tersebut.

Terkait kasus pencemaran Pulau Biawak oleh limbah industri migas, dua anggota DPRD Kab. Indramayu H. Urip dan Lukman Hakim, SH menyesalkan dilakukannya pengambilan sampel limbah crude oil dari Pulau Biawak dengan menggunakan fasilitas dari salah satu industri migas yang ada.

Di samping itu, pengujian sampel crude oil di Lembaga Minyak dan gas (Lemigas) yang akan di laksanakan oleh Kantor kementerian Lingkungan Hidup, juga diyakini dapat memberikan hasil pengujian yang kurang maksimal. "Sebab Lemigas, kendati disebut-sebut sebagai lembaga independen, namun pendanaannya berasal dari industri-industri migas yang ada," kata keduanya.

Untuk itu, baik H Urip maupun Lukman Hakim, SH berharap dilakukan pengulangan pengambilan sampel crude oil dari Pulau Biawak yang didanai secara mandiri oleh Pemkab Indramayu. Dimana sampel yang diambil, penelitiannya diberikan ke lembaga lain di luar Lemigas hingga hasilnya bisa menjadi pembanding atas hasil penelitian yang dilakukan oleh Lemigas.(A-96)***


Senin, 28 April 2008

surya

sebuah kehidupan dimulai